Minggu, 8 Juli 2012
Pagi ini saya sudah dibuat berpikir oleh sesuatu. Kemarin
saat saya buka facebook. Ada iklan dari salah satu self publishing yang sudah
cukup terkenal. Self publishing tersebut mengiklankan sebuah buku novel religi.
Saat melihat nama penulisnya, dan ternyata itu Kakak tingkat saya di kampus.
Deg! Saya mendadak merasa sangat kecil, sangat kerdil.
Entah kenapa, saya merasa malu pada diri saya sendiri. Selama ini saya
mengikuti berbagai komunitas dan grup kepenulisan, tapi saya sama sekali belum
bisa menghasilkan karya. Kalaupun bisa itu hanya sekedar cerpen-cerpen.
Novel? Novel yang saya coba buat malah terbengkalai.
Saya malu karena saya yang aktif di berbagai komunitas
menulis sama sekali tidak memiliki karya nyata berupa novel. Tapi dia? Dia
dalam diamnya ternyata menghasilkan sebuah karya. Saya jadi merutuki diri saya
sendiri karena terkadang masih mengandalkan mood untuk menulis. Jika sedang
tidak mood ya sudah tidak akan ada tulisan yang saya hasilkan.
Sebenarnya ini bukan kali pertama saya merasa malu pada
diri saya sendiri. Seringkali jika melihat teman penulis yang sudah bisa
menerbitakan novel saya merasa malu dan iri (sedikit) terlebih jika saat saya
ke toko buku dan membaca deretan novel karya teman saya. Uuh, rasanya ingin
menghilang saja.
Tapi kali ini perasaan malu itu hadir berlipat-lipat.
Entah, mungkin karena saya cukup mengenal dekat dengan Kakak tingkat saya
tersebut. Dan lagi, dia bisa menerbitkan novel karena dari penerbitnya yang
minta. Dia sama sekali tidak “berusaha” menerbitkan tulisannya. Tapi justru
penerbit yang tertarik dengan tulisan dia, keren, kan?
Sepertinya saya harus belajar banyak dari dia, saya harus
bisa menghilangkan sifat moddy akut saya, saya harus bisa konsisten dengan
janji pada diri saya sendiri.
Tapi, saya yakin. Suatu saat nanti, saya juga bisa
melihat nama saya ada di deretan novel di toko buku. Amiiiinnnnnnn.