Sabtu, 07 Juli 2012

Saya Malu,..


Minggu, 8 Juli 2012
Pagi ini saya sudah dibuat berpikir oleh sesuatu. Kemarin saat saya buka facebook. Ada iklan dari salah satu self publishing yang sudah cukup terkenal. Self publishing tersebut mengiklankan sebuah buku novel religi. Saat melihat nama penulisnya, dan ternyata itu Kakak tingkat saya di kampus.
Deg! Saya mendadak merasa sangat kecil, sangat kerdil. Entah kenapa, saya merasa malu pada diri saya sendiri. Selama ini saya mengikuti berbagai komunitas dan grup kepenulisan, tapi saya sama sekali belum bisa menghasilkan karya. Kalaupun bisa itu hanya sekedar cerpen-cerpen.
Novel? Novel yang saya coba buat malah terbengkalai.
Saya malu karena saya yang aktif di berbagai komunitas menulis sama sekali tidak memiliki karya nyata berupa novel. Tapi dia? Dia dalam diamnya ternyata menghasilkan sebuah karya. Saya jadi merutuki diri saya sendiri karena terkadang masih mengandalkan mood untuk menulis. Jika sedang tidak mood ya sudah tidak akan ada tulisan yang saya hasilkan.
Sebenarnya ini bukan kali pertama saya merasa malu pada diri saya sendiri. Seringkali jika melihat teman penulis yang sudah bisa menerbitakan novel saya merasa malu dan iri (sedikit) terlebih jika saat saya ke toko buku dan membaca deretan novel karya teman saya. Uuh, rasanya ingin menghilang saja.
Tapi kali ini perasaan malu itu hadir berlipat-lipat. Entah, mungkin karena saya cukup mengenal dekat dengan Kakak tingkat saya tersebut. Dan lagi, dia bisa menerbitkan novel karena dari penerbitnya yang minta. Dia sama sekali tidak “berusaha” menerbitkan tulisannya. Tapi justru penerbit yang tertarik dengan tulisan dia, keren, kan?
Sepertinya saya harus belajar banyak dari dia, saya harus bisa menghilangkan sifat moddy akut saya, saya harus bisa konsisten dengan janji pada diri saya sendiri.
Tapi, saya yakin. Suatu saat nanti, saya juga bisa melihat nama saya ada di deretan novel di toko buku. Amiiiinnnnnnn.

And, the story has finished


Kamis, 05 Juli 2012
Tidak seperti biasanya,  sore-sore begini saya membuka facebook dan menyalakan chat room. Begitu melihat deretan nama teman yang sedang online tiba-tiba saya tertegun, memandang sebuah nama yang sepengetahuan saya jarang sekali online. Sebut saja dia K, dia ini seseorang yang membuat saya galau selama setahun terkahir ini. Saya sempat terdiam beberapa saat dan mulai menangis. Kemudian saya segera mengirim pesan singkat kepada teman dekat saya yang memang kebetulan sedang online juga. Saya meminta pendapatnya, apakah saya harus menyapa dia dan bertanya mengenai hal yang selama ini ingin sekali saya tanyakan. Kemudian teman saya menjawab, “coba saja, tapi kalau dicuekin pasti nggak enak”.
Aah, dia benar, beberapa pesan saya saja tak pernah dia balas. Dia seperti menghindar.

Setelah itu saya benar-benar menangis, hal yang sudah 6 bulan lebih ini saya tidak lakukakan, saya membuat janji dengan diri saya sendiri untuk tidak lagi menangis hanya karena dia. Dan saya bisa. Tapi detik itu saya sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk tidak menangis.
Kemudian ditengah tangisan saya, saya meminta pendapat kepada teman dekat saya yang lain, saya bahkan menceritakan bahwa saya sedang menangis. Dia kemudian menyuruh saya untuk mencoba menyapa, dan tentunya juga bertanya. Awalnya saya masih memberi alasan bahwa saya enggan menyapanya terlebih dahulu. Saya takut, lebih tepatnya. Kemudian setelah dengan berbagai pertimbangan saya menyapa K. saya memberanikan diri mengatakan apa yang harusnya saya katakan. Dan, dia bergeming. Tidak membalasanya. Oke, tidak masalah. Setidaknya saya bisa merasa lega, sangat lega. Beban selama hampir satu tahun ini perlahan menguap, meski memang harus saya akui ada rasa sakit yang menghampiri hati saya.

Seperti kata teman saya. ‘dunia ini tidak hanya sekedar cinta buta’
Ya, dia benar, saya masih punya banyak cinta yang dapat saya berikan pada orang-orang disekeliling saya,  dan mungkin memang dia bukan jodoh saya. Setidaknya saya percaya tuhan ingin saya mempersiapkan diri menjadi lebih baik lagi, itu sebabnya Dia memisahkan saya dan K.

*terima kasih untuk yang sudah membuat saya berani mengambil keputusan*