Beberapa waktu lalu saat perkuliahan komunikasi lintas
budaya, sang dosen menjelaskan tentang konsep waktu. Waktu monokronik dan waktu
polikronik
Konsep waktu monokronik biasanya dianut oleh orang-orang
barat yang sangat mementingkan waktu, dan lebih bisa menghargai waktu.
Sebaliknya konsep waktu polikronik biasanya dianut oleh orang-orang timur yang
cenderung santai dalam menghadapi waktu, biasa menunda-nunda pekerjaan dan
selalu berpikiran masih banyak waktu.
Orang Indonesia sendiri cenderung menganut konsep waktu
polikronik, bisa dibuktikan dengan adanya istilah ‘jam karet’ .
Saya termasuk orang yang paling tidak suka menunggu, oleh
karena itu saya selalu berusaha on time dan tepat waktu saat janjian dengan
siapapun. Saya tidak mau menunggu makanya saya tidak mau membuat orang
menunggu. Makanya saya selalu kesal jika
janjian dengan orang yang tidak bisa on time.
Bagi saya pribadi orang yg tidak on time adalah orang
yang tidak bissa menghargai waktu, jika memang tidak sanggup datang tepat waktu
seharusnya tidak usah menyanggupi akan datang di jam yang telah ditentukan. Tidak
munafik saya-pun pernah terlambat saat janjian dengan seseorang. Namun saya
selalu merasa tidak enak, gelisah, dan ingin segera sampai. Karena saya tidak
ingin membuat orang lain menunggu.
Tapi berbeda dengan teman-teman saya yang lain, saya
seringkali dibuat menunggu. Tak hanya 10-20 menit bahkan pernah 2 jam. Kesal ?
sangat . huuh, apa sih yang dipikiran mereka .
Saya pernah berniat membalas dendam dengan gantian membuat
mereka menunggu, tapi saya tidak bisa. Tetap saja saya datang ontime.
Sebenarnya apa sih yang mau saya tulis ? hmm
Ya sudahlah, pada intinya saya hanya ingin mereka-mereka
itu dapat belajar menghargai waktu J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar